Mungkin rasa Syukur tak terhingga yang bisa saya ungkapkan untuk kebaikan dan nikmat Allah selama hampir 2 tahun ini. Mengingat semua perjalanan yang saya lalui kok nikmat dan nyaman. Susah yang dulu saya bayangin kok ga seperti susah yang seharusnya. Kebayang dulu apa yang bisa saya lakukan after divorce. Ga punya pekerjaan, ga punya tempat tinggal, duit cuma dikit? Logika saya bilang gimana saya bisa hidup di semarang. Karena selama 7 th lebih pernikahan saya ga lebih dianggap benalu. Cuma bisa nrima aja. Dan kemudian saya harus dihadapkan pada realita bahwa saya harus hidup sendiri tanpa suami, membesarkan anak dan menghidupi saya anak saya sendiri. Tapi ternyata itulah awal dari hidup saya, saya baru benar-benar merasa hidup setelah perceraian itu.
7th seperti katak dalam tempurung, dunia saya cuma itu-itu saja, teman2 hanya bertemu di dunia maya. Selebihnya sama sekali ga ada yang menarik, ketemu orang ya itu-itu saja. Yang jg lingkungannya adalah itu-itu juga.
Siapa sangka Juli 2012 saya hijrah ke Semarang dan bulan Agustus saya langsung dapet kerja. Kembali ke dunia telekomunikasi tempat saya dulu pernah belajar. Karyawan biasa sebagai document drafter di salah satu kontraktor asing di Indonesia. Lucunya saya dapet kerja ini dari sahabat saya yang malah melarikan dari telekomunikasi ke broadcasting. Usia yang sudah tidak muda lagi untuk karyawan baru. Dibantu sahabat saya dewi berkenalan dengan mutiara yang akhirnya sampai saat ini malah jadi salah satu sahabat baik saya juga. Disinilah saya mulai mengenal banyak sekali manusia dengan karakter. Dunia kerja sebenarnya. Hasil keringat tiap bulannya alhamdulillah, cukup untuk kami berdua. Karena saat itu dio alhamdulillah masih di nafkahi papahnya, jadi beban saya terbantu untuk menghidupi dio.
Kami berdua ngontrak rumah waktu itu, terlalu besar untuk kami tapi terlalu kecil untuk barang-barang pindahan dari depok dulu. Alhamdulillah, keluarga saya adalah keluarga yang susah senang bersama. Rumah kontrakan ini disediakan untuk kami. Kebayang dong gimana kalo saya ga punya keluarga seperti keluarga saya, darimana saya dapat uang buat bayar kontrakan sebesar 5,5jt/tahun. Apalagi saya masih harus bayar cicilan hutang anggunan rumah depok sebesar 2jt perbulan yg sudah tidak mau dibayarkan oleh mantan suami.
Logika saya waktu itu ga nyampe untuk bisa memenuhi semua kebutuhan hidup yang besar. Sekolah dio, sehari-hari dan cicilan rumah yang kalo dihitung sampai 5jt/bln. Penghasilan saya ga nyampe 2jt/bln (itupun pake acara lembur jungkir balik setiap hari) dan subsidi dari papahnya dio cuma 1,5jt/bln waktu itu. Ga nyampe akal saya. Tapi nyatanya bisa.. darimana?? Allah itu punya banyak tangan. Orang baik itu dimana-mana, cinta itu banyak yang tulus. Kalo mau dipikir pake logika sih semua itu ga mungkin. Tapi bisa.
September 2013 akhirnya saya keluar kerja, karena project di Central Java nyaris habis, dan mulai banyak perampingan. Menunggu dirumahkan atau segera cari yang baru. Beberapa yang memilih bertahan akhirnya malah di lempar ke luar kota. Saya tentu tidak mungkin harus hijrah ke bandung atau jakarta atau sukabumi. Capek banget harus jadi nomaden lagi. Even saat itu bos saya sudah menetapkan saya sebagai karyawan yang dipertahankan. Mungkin karena kerja saya, yang pasti bukan karena salary saya. Mengingat ratusan karyawan di rumahkan waktu itu untuk memperkecil pengeluaran region di central java. Saya yang dibanding teman-teman sesama document drafter malah yang paling tinggi, malah dipertahankan. Kontrak baru sudah disiapkan untuk saya. Tapi masa iya saya bertahan disana nunggu kontrak abis lalu selesai.
Cuma dalam 2 minggu, sebelum kontrak kerja pertama saya habis di september 2013 saya dapet kerja di perusahaan pompa lumayan besar di Indonesia. Kebetulan pusatnya di semarang, 2 minggu proses recruitment yang cepat. Diluar nalar juga sih, normalnya dan biasanya dan seringnya, recruitment karyawan itu butuh waktu paling ga 1 bulan. Ini ga pake lama, setelah kontrak habis saya langsung kerja di tempat baru dengan salary 2x lebih besar dari yang lama. Teman-teman banyak yang ngiri, beruntungnya saya. Padahal mereka juga sama-sama nyari tempat baru. Ada yang sudah berkali-kali interview, tes dan waktu yang lama belum ada kabar. Saya? cuma 2minggu dari saya ngirim aply di jobsdb (itupun iseng pas internet di kantor dibuka bisa buat browsing) dengan salary 2xlipat pulak. Emang Allah itu Maha Penyayang. Kerjaannya ga jauh beda sama pekerjaan saya dulu di depok. Alhamdulillah banget pokoke.
Bersamaan dengan itu pula, akhirnya rumah di depok laku terjual. Segala hal yang menghubungkan saya dengan masa lalu dan mantan akhirnya selesai. Hutang di bank terbayar, saya tidak perlu pusing nyari uang 2jt per bulan buat bayar cicilannya lagi. Dan permintaan papahnya dio untuk mengembalikan uangnya yang digunakan untuk renovasi rumah itu sudah terbayar. Hutang saya habis. Saya tidak punya ikatan apa-apa lagi dengan masa lalu saya. Saya benar-benar bebas. Dan akhirnya bisa membeli rumah sendiri dengan dio di semarang. Kami ga perlu ngontrak rumah lagi. Beban saya benar-benar sudah sangat diringankan. Alhamdulillah.. Allah Maha baik. Akhirnya saya bisa mulai bangun dari jatuh.
Tapi sayangnya saya cuma bertahan 3minggu di perusahaan pomba turbin itu. Tadinya saya akan lepas dari telekomunikasi, nyatanya saya malah balik lagi ke telekomunikasi. Tega ga tega saya ninggalin tempat kerja yang sebenarnya sudah nyaman untuk saya. Meskipun lokasinya jauh, tapi teman dan bos yang sangat baik sudah cocok dengan saya. Apalagi tingkat pressurenya jauh lebih kecil daripada kerja sebelumnya.
Ceritanya, saya ketemu teman lama jaman STM dulu, yang saya tidak sangka adalah dia punya perusahaan kontraktor yang sama-sama mengerjakan project H3I-Huawei di Central java. Project yang sama yang saya kerjakan waktu kerja di PT. SP. Karaoke bareng sama teman-teman STM dulu, teman saya yang biasa saya panggil Bro Joe, ngajakin saya kerja dengan dia. Membantu dia ngurusin perusahaannya dia. Waktu itu yang saya tawarkan malah sahabat saya mutiara, secara saya sudah dapat tempat kerja yang cocok. Masa baru 3 minggu sudah cabut. Pertimbangan yang berat, ujiannya lagi-lagi soal pilihan. Saya melihat banyak teman saya yang setengah mati nyari kerja dan belum berhasil masa saya yang dapet pekerjaan yang sipp banget malah ngelepas aja gitu.
Akhirnya dengan sangat berat hati saya lepaskan pekerjaan saya sebagai Sales Support di perusahaan pompa itu. Dan gabung di GUT, kembali di dunia telekomunikasi. Langsung menjadi second handnya Joe sebagai Internal Manager. Ngurusin puluhan orang karyawannya yang sekarang tersebar di Central Java, Madura Dan Palembang. Penghasilan saya 2x lebih besar dari di perusahaan pompa ditambah kepercayaan yang luar biasa dari seorang sahabat saya. Bos saya adalah teman baik saya, pekerjaan yang saya cintai dan nikmati sekali. Pressure bukan sesuatu yang mengerikan lagi, saya bekerja dengan cinta. Kebaikan joe mungkin tidak bisa saya balas dengan kebaikan yang sama, namun paling tidak saya memberikan loyalitas yang terbaik dari saya. Tempat bekerja ini sudah yang paling nyaman dengan saya.
Ini seperti berkah luar biasa, rasa syukur saya tak terhingga. Coba di logika?? dari Ibu Rumah Tangga tanpa penghasilan sepeserpun jadi Seorang Manager yang punya banyak anak buah dalam waktu hanya 1 tahun. Siapa sangka rejeki saya meroket seperti ini. Lucunya lagi ketika saya mendapat tempat yang senyaman ini, dio sudah tidak mendapat haknya lagi dari papahnya. Mulai Desember 2013, papahnya menghentikan nafkah untuk dio. Dengan alasan karena hak kebersamaan dio sama saya maka saya pulalah yang berkewajiban menghidupi dio. Apa mau dikata, saya ga mau maksa dia memberikan haknya dio jika dia tidak mau. Toh dio tidak menjadi membeci papahnya hanya karena dia sudah tidak dinafkahi lagi. Begitulah anak, mencintai dan menyayangi orangtuanya tanpa pamrih apapun. Dio tidak membenci papahnya even dia sudah ditinggalkan, tapi sekaligus tidak mencari papahnya. Yah dan akhirnya sampai sekarang saya benar-benar menjadi Single Parent Sepenuhnya diatas kaki sendiri. Alhamdulillah semua tercukupi dengan baik tanpa harus (seolah) mengemis untuk hak finansial dio. Saya bisa, saya mampu ternyata. Dan Allah lah yang membukakan pintu rejeki ini selebar-lebarnya.
Ternyata perceraian seperih itu hanya bagian awal dari semua petualangan saya lagi, saya memulai hidup saya lagi. Saya tidak punya tali yang mengikat saya. Saya punya teman yang semakin banyak, sahabat2 luar biasa yang selalu ada untuk saya, mengenal dunia dari kacamata saya sendiri. Hidup saya sekarang berwarna. Ternyata keputusan saya untuk bercerai bukan keputusan yang perlu saya sesali. Satupun tidak. Saya bersyukur saya terlepas, saya malah dapat kesempatan untuk belajar dan menjadi lebih kuat lagi.
Selanjutnya tinggal membesarkan dio, masih banyak yang akan saya temui nanti. Tapi saya yakin, ujian seberat apapun, saya percaya Allah memberikannya karena saya bisa melewatinya. Saya sudah membuktikannya.
2 komentar:
seperti kata teman-teman saya, ssatu pintu tertutup masih ada pintu-pintu lain yang siap diketuk dan dibuka lebar2. tetap semangt mbak.
@fei betull itu fei.. kita ga pernah tau apa yang disiapkan Tuhan untuk kita nanti.. ;)
Posting Komentar
Silahkan berkata